Bersegera ataukah Tergesa

Melampaui batas diri. Pada hari itu, sinar mentari pagi cerah dan warna kuningnya begitu menarik. Sejenak aku duduk di pelataran kelas, merasakan hangatnya sinar mentari, memanjakan pandangan pada setiap daun yang berguguran, dan merasakan lambaian angin yang membelai lembut.
Seketika lamunanku membulat, mengantarkan ingatan pada angan yang tak pernah meredup.

Apakah aku salah saat terobsesi dengan mimpi yang kubuat sendiri?

Begitu tanyaku.
Tidak, tidak pernah ada yang salah saat orang itu bermimpi dan berangan.

Batinku menjawab sendiri.

Aku pun tersenyum pada suasana yang kubuat sendiri, seperti orang tak waras saja. Aku bertanya, lalu kujawab sendiri.

Sebenarnya, aku ini tergesa ataukah bersegera?

Mengenai mimpiku, ini yang kutanyakan pada hatiku sendiri.
Aku ingin menyegerakan kebaikan atau kah hanya tergesa pada sesuatu yang sebenarnya hanya sebuah keinginan.
Merenung hingga mata tak mampu terpejam.

Bagiku, bersegera adalah sebuah keseriusan pada kebaikan dan terjadinya tanpa paksaan juga tidak memaksakan. Berbeda dengan tergesa, ia terjadi karena ada suatu pemaksaan yang melebihi taraf kemampuan.

Entahlah, sahabat literasi boleh saja setuju, pun boleh tidak.

  

Komentar